"Dengan sistem radar aktif maupun pasif," kata Fadjar. Merujuk buku Plan Bobcat, KSAU juga menggarisbawahi pentingnya persenjataan asimetrik matra udara dalam konteks perang berlarut yang tidak mudah terdeteksi, namun bisa membuat kerusakan.
Persenjataan ini, misalnya swarm killer drones, kamikaze killer drones, senjata antidrone, dan senjata antipesawat yang portable.
Selain itu, dengan karakter geografis Indonesia, TNI AU juga memerlukan sistem tangkal wilayah udara yang mengedepankan sensor strategis.
Baca Juga: Tindakan PKT meningkatkan ketegangan di Laut Cina Selatan
Sensor ini meliputi kemampuan citra satelit, pesawat nirawak, airborne early warning and control, dan radar pada aerost.
Di samping itu, TNI AU juga membutuhkan pesawat pencegat yang dilengkapi senjata beyond visual range.
"Untuk mobilisasi udara, kita perlu ada helikopter dan pesawat angkut berat," katanya.
Baca Juga: Misi Satuan Tugas Pesawat Pengebom Amerika Unjuk Kemampuan Jaga Perdamaian di IndopasifikKata Kunci : Berita militer terkini, Berita militer terbaru, Info militer terbaru, Info militer terkini, Informasi persenjataan militer Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Alutsista Terbaru, Alutsista Terkini