Memberi sanksi pada Korea Utara jika pihaknya tidak peduli dengan desakan tersebut, maka PBB akan membantu Korea Selatan.
Hingga Agustus 1950, posisi Korea Utara masih unggul dari Korea Selatan. Salah satu sebabnya adalah, pihak utara dan Uni Soviet berhasil mendapat simpati dari rakyat selatan. Pasalnya, Korea Utara, yang dipimpin Kim Il Sung, bersumpah akan menyatukan Korea dan memperbaiki nasib rakyatnya.
Selain itu, logistik milik Korea Utara terpencar di beberapa tempat, sehingga sulit untuk dihancurkan. Pasukan Korea Utara juga mengadakan penyamaran dan penyusupan ke pihak musuh dengan sangat rapi.
Baca Juga: Mengenal Sishankamrata, Ciri-ciri dan Alasan Dibentuk
Selama tiga bulan berperang, pihak Korea Selatan terus mengalami kekalahan. Hal ini membuatnya memakai strategi baru, yaitu "Pertahanan PBB". Pertahanan ini dipusatkan di Busan dan Taegu.
Pada 26 September 1950, Seoul berhasil direbut kembali, yang menandai bangkitnya Korea Selatan menjadi pihak yang unggul. Kembalinya Seoul juga menjadi dorongan moral bagi Korea Selatan. Bahkan, pihaknya mampu merebut daerah hingga melampaui garis batas paralel ke-38.
Kekalahan Korea Utara secara tidak langsung bisa disebut sebagai kekalahan Uni Soviet juga. Hal ini membuat China, sebagai sekutunya, memutuskan untuk ikut berperang. Tepatnya pada 1 Oktober 1950, Perdana Menteri China, Zhou Enlai, mengatakan bahwa pihaknya tidak akan membiarkan operasi-operasi yang dilakukan bangsa asing di utara.
Baca Juga: Mengintip Masa Depan Teknologi Militer Amerika SerikatKata Kunci : Berita militer terkini, Berita militer terbaru, Info militer terbaru, Info militer terkini, Informasi persenjataan militer Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Alutsista Terbaru, Alutsista Terkini